Profesor Arif Muntasa Berbagi Tips Agar Lolos Menulis Jurnal Ilmiah

SURABAYA – Berprofesi sebagai akademisi pasti tak jauh dari kegiatan penelitian dan menulis jurnal ilmiah. Sebagian kampus juga mewajibkan mahasiswanya menulis jurnal sebagai syarat kelulusan. Sedangkan dosen, diwajibkan pemerintah untuk menulis jurnal dalam rangka kenaikan pangkat. 

Sayangnya, menulis jurnal tak semudah yang dibayangkan. Tak jarang harus dilakukan bertahun-tahun, dan menghabiskan dana penerbitan sampai puluhan juta rupiah. Belum lagi terjebak calo yang meminta uang untuk penerbitan atau biasa dikenal sebagai jurnal predator.

Profesor Arif Muntasa dari Universitas Trunojoyo Madura menyatakan, menulis jurnal tidak selalu harus seperti itu. Banyak penelitian yang bisa dilakukan secara gratis. Bahkan mendapat hibah atau uang bonus penelitian yang jumlahnya fantastis. 

“Menulis sebuah jurnal memang bukan kegiatan yang mudah. Tapi sebenarnya banyak cara membuat penulisan jurnal menjadi menyenangkan. Jangan sampai kita terjebak jurnal predator dan harus jual motor untuk meneliti,” ungkap Arif pada Webinar SEVIMA, beberapa waktu lalu. Selain Arif, pada webinar tersebut mengundang Assoc. Prof Wahyudi Agustiono, juga dosen pada kampus negeri terbesar di Madura, Universitas Trunojoyo.

Wahyudi menegaskan, sebelum melakukan publikasi jurnal ilmiah, seorang penulis harus memahami beberapa hal. Baik Arif dan Wahyudi memberikan tips agar jurnal yang ditulis bisa terpublikasi, baik di tingkat internasional (Terindeks SCOPUS), maupun di tingkat nasional (Terindeks SINTA). 

Tips yang disarankan. Pertama, akademisi perlu pandai dalam memilih jurnal dan penerbit. Banyak penerbit yang menyediakan secara gratis. Ada juga kegiatan hibah penelitian yang memberi dana untuk melakukan penulisan jurnal, dan mengikuti konferensi internasional. Ditambahkan, peluang tersebut tersedia luas dan bisa dengan mudah ditemui di internet.

“Beberapa publikasi gratis terindeks SCOPUS, bisa dicoba. Di antaranya, International Journal of Technology dari Universitas Indonesia (UI), International Journal on Electrical Engineering and Informatic dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta beberapa penerbit jurnal internasional Elsevier, Taylor and Francis, Sage, dan lainnya. Kesempatan itu sangat banyak, tapi tidak jarang karena terlalu banyak informasi, kita menjadi bingung,” kata Arif yang sudah menulis 44 artikel jurnal internasional.

Berikutnya, kedua adalah belajar dari penolakan. Mirip menerbitkan opini di media massa, penerbitan jurnal juga bisa ditolak. Ia menjelaskan, penolakan sangat wajar. Setelah ditolak, akademisi harus bangkit dan refleksi diri.

“Biasanya terdapat beberapa alasan kenapa jurnal sering ditolak. Misalnya saja seperti naskah di luar area jurnal, unsur naskah kurang lengkap, tata bahasa yang digunakan tidak layak, hingga pembahasan tersebut terlalu dangkal. Itu kita jadikan pelajaran dan perbaikan,” papar Arif yang juga reviewer (penyeleksi) hibah penelitian di Kementerian Pendidikan (Kemendikbudristek).

Sedangnya yang ketiga, memilih target jurnal yang tepat dan sesuai kemampuan. Ini juga mirip dengan media massa, di mana kolom opini di koran nasional ternama tentu lebih sulit ditembus dibanding media lain. Hal sama juga terjadi untuk jurnal. Akademisi harus mengetahui bagaimana target jurnal yang dipilih. Mulai dari tingkat kesulitannya, gaya selingkung, preferensi redaksi, hingga batasan-batasan yang ada dalam jurnal tersebut. 

“Akademisi sebagai penulis ibaratnya anak tangga, kita bisa coba dulu jurnal yang peringkatnya lebih rendah, sambil bertahap meningkatkan kualitas tulisan kita dan profil kita. Nantinya pasti akan terbiasa sendiri,” saran Arif. 

Sementara itu, Wahyudi menegaskan, para akademisi bisa mempelajari dan mengasah seiring waktu. Menurutnya, banyak forum, sistem akademik, dan platform pembelajaran yang bisa digunakan akademisi untuk meningkatkan diri.

“Termasuk dari SEVIMA ini. Apalagi webinar ini dihadiri 3.400 orang rektor dan dosen anggota Komunitas SEVIMA. Pada intinya, secara kualitas penelitian, kita sebagai akademisi Indonesia tidak kalah dan sudah terbukti pintar-pintar. Tinggal diasah saja untuk sukses menulis jurnal. Yang penting, ada kemauan kuat dari akademisi untuk terus belajar. Karena inilah kewajiban kita di kampus, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban dengan cara ditulis,” kata Wahyudi.(****)

One thought on “Profesor Arif Muntasa Berbagi Tips Agar Lolos Menulis Jurnal Ilmiah

  1. Wow, amazing blog structure! How lengthy have you ever been running a blog for?

    you make blogging look easy. The entire look of your site is magnificent, as neatly as
    the content material! You can see similar here
    dobry sklep

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *