Kuli Jadi Doktor, Modalnya Tekad dan Semangat

JAKARTA –  Untuk menjadi seorang doktor, bukan uang yang menjadi modal utama. Justru yang harus dikuatkan adalah modal tekad dan semangat. Setelah itu, uang atau dana untuk pendidikan akan mengikuti tekad semangat yang sudah ditanamkan dalam diri.

Itulah yang dialami dan dirasakan Dr Slamet Suwanto SPdi MSi, saat berbagi dalam diskusi webinar bertema “Siapapun Bisa Jadi Doktor” yang diselenggarakan Strategi Coaching and Training Consulting dan RuangIlmu.id, Minggu (12/12/2021).

“Menjaga semangat terus kuat itu yang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Selain semangat yang biasanya menjadi masalah setiap orang dalam belajar, lainnya adalah menyangkut bagaimana mengatur fokus dan waktu, pendanaan, serta perkulihan, tugas dan referensi,” papar Dr Slamet yang awal merantau ke Jakarta menjadi seorang kuli.

Pria asal Wonogiri yang menjadi dosen di Universitas Pramita Indonesia ini juga membagikan tips kesuksesan menembus jenjang doktornya. Ia membagikan tipsnya. Yakni, berlaku baik dan muliakanlah ibu atau orang tua, Istri, dan anak, mengatur dengan baik waktu, fokus dan kegiatanmu, teliti dan cermat mengatur keuangan, lebih giat dan semangat bekerja, belajar lebih tekun, dan belajar atau mengajak diskudi dengan mereka yang sudah lulus.

“Ingat selalu memohon restu pada ibu atau orang tua. Berbaik dengan Istri dan anak-anak, karena mereka juga terimbas dari proses belajarmu. Hak mereka akan tersita, minimal waktu, karena dirimu harus fokus belajar,” tegas Slamet, lulusan doktor ilmu pemerintahan ini.

Cerita lika-liku Dr Uswatun Hasanah Spd MPd mengambil pendidikan dari tingkat S1 hingga S3 juga bukan tiada halangan. Terutama dari lingkungannya. Beruntungnya, Dr Uus, sapaan akrab Uswatun Hasanah ini memiliki suami yang mendukung proses belajarnya.

“Suami hanya pesan, sepanjang tidak mengganggu kewajiban sebagai Istri dan sebagai guru, ya raihkan cita-citamu,” kata Kepala Sekolah SMAN 1 Purwantoro ini.

Penulis 11 buku ini meyakini, tekad dan semangat menjadi faktor utama. Soal dana, dia meyakini, semuanya akan mengikuti saat dia sudah fokus pada tekad dan semangat untuk kuliah lagi. “Selalu diajarkan orang tua, untuk belajar terus. Soal biaya, orang tua selalu bilang Nek Kanggo Sekolah, Mesti Mengko Ono Ragat (Kalau buat sekolah, pasti nanti biaya akan bisa dicari, red),” ungkap perempuan kelahiran Ngawi ini.

Tidak jauh berbeda dengan yang dialami Dr Ridwan Mahmudi SSos MM, founder sekaligus pemilik Strategi Coaching and Training Consulting dan RuangIlmu.id ini.

Pria yang awalnya malang melintang di dunia perbankan ini memilih resign dan membuka usaha sendiri di bidang coaching and training. Adapun menjadi doctor atau meraih gelar bukanlah semata tujuan utamanya. Justru Kaji Ridwan-panggilan akrab teman-temannya-lebih banyak pada upaya mengembangkan diri dengan terus menambah ilmu.

“Setiap ada kesempatan, tidak hanya kuliah saja, saya juga sesekali mengikuti pelatihan. Tentu saja, menyesuaikan dengan kebutuhan saya, terutama dengan dunia bisnis yang saya geluti. Istilah jawane, menambah bolong-bolong yang ada,” papar Ridwan, yang kini kuliah S2 tengah mengambil Magister Administrasi ini.

Baik Dr Slamet, Dr Uswatun, maupun Dr Ridwan, ketiganya sepakat bahwa restu orang tua menjadi salah satu kesuksesan dan kemudahan jalan yang mereka tempuh. Selain itu, dukungan keluarga menjadi kunci keberhasilan dan menjaga semangat menyelesaikan Pendidikan doktornya. (****)

3 thoughts on “Kuli Jadi Doktor, Modalnya Tekad dan Semangat

  1. I absolutely love your site.. Excellent colors &
    theme. Did you create this web site yourself? Please reply back as I’m wanting to create my own personal blog and would like to know where you got
    this from or what the theme is named. Many thanks!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *