UMKM Didorong BI Yogyakarta untuk Beradaptasi dengan Teknologi Digital

YOGYAKARTA – Digitalisasi merupakan kunci meningkatkan daya saing pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari kebangkrutan. Saat mendorong pemulihan daya saing, UMKM harus mengadopsi teknologi dengan cepat. Dengan mengadaptasi digitalisasi menjadi salah satu kunci mendorong UMKM agar naik kelas

Hal tersebut diungkapkan Kepala Perwakilan BI Yogyakarta Hilman Tisnawan di kantornya, Senin (13/09/2021).

Menurut Hilman, deglobalisasi dan digitalisasi menjadi disrupsi ekonomi global, yang diperparah dengan pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan ekonomi mengalami resesi dan perlahan mengalami rebound pada 2021. Namun recovery diperkirakan tidak akan merata dan berpotensi membentuk K-Shaped.

“Industri yang memanfaatkan teknologi digitalisasi akan lebih cepat pulih. Sementara industri kecil masih mengalami tekanan. Karena itu penerapan digitalisasi secara merata menjadi penting. Jika tidak beradaptasi memanfaatkan teknologi digital maka UMKM akan mati,” tegas Hilman.

Hilman meneruskan, strategi pengembangan UMKM yang dilakukan BI adalah korporatisasi UMKM berbasis klaster, penguatan kapasitas produksi dan usaha, sumber daya manusia (SDM), serta kapasitas pasar, penguatan akses pembiayaan hingga implementasi digitalisasi.

BI Yogyakarta telah menindaklanjuti strategi pengembangan UMKM dengan mengembangkan Smart Digital Market atau Semar dan Grebegumkmdiy.co.id

“Kami menerapkan strategi pengembangan UMKM di Yogyakarta melalui program Semar berupa digitalisasi pasar tradisional untuk perluasan pasar. Kami juga mengembangkan website Grebegumkmdiy.co.id sebagai showcase produk UMKM DIY premium siap ekspor,” katanya.

Karena, ungkap Hilman, digitalisasi mengubah persaingan usaha di mana kecepatan adaptasi UMKM terhadap digitalisasi berbeda-beda. Semakin kecil UMKM, adaptasi digitalisasi semakin rendah sehingga perlu upaya agar tidak ada yang tertinggal dalam era digitalisasi.

“Hasil Sensus Ekonomi (SE) 2016, setidaknya 98,4 persen usaha di Yogyakarta adalah usaha mikro dan kecil (UMK) yang menyerap 79,0 persen dari tenaga kerja DIY. Karakteristik perekonomian Yogyakarta ditopang sektor UMK yang mencapai 98,4 persen dari populasi perusahaan yang ada. Tenaga kerja UMK mengalami peningkatan signifikan dalam 10 tahun ini serta menyerap 79 persen atau 1.044.498 orang dari keseluruhan jumlah tenaga kerja sebesar 1.322.542 orang,” paparnya.

Sedangkan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran masih mendominasi usaha di Yogyakarta sebesar 35,3 persen. Kemudian, disusul lapangan usaha industri pengolahan 27,4 persen serta lapangan usaha sektor hotel dan restoran 17,4 persen. Tren penjualan secara daring juga terus meningkat.(****)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *