Dita Ardwiyanti, Guru SD Lulus Program Magister dengan IPK 4,00 di UNY
YOGYAKARTA – Acara wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode November dilaksanakan Sabtu (27/11/2021) secara daring.
Pada wisuda tersebut, UNY meluluskan 1.490 wisudawan-wisudawati. Mereka terdiri dari 13 orang yang lulus Program Doktor (S3), 299 orang lulus Program Magister (S2), 1.024 orang lulus Program Sarjana (S1) dan 154 orang lulus Program Diploma (D3).
Dari 1.490 orang yang diwisuda, salah satu mahasiswa program magister adalah Dita Ardwiyanti dari Prodi Magister Pendidikan Sains dan memperoleh indeks prestasi komulatif (IPK) 4,00.
Dita merupakan gadis kelahiran Pontianak, 30 Desember 1995 yang merupakan awardee BPI LPDP Republik Indonesia sekaligus wisudawan/wisudawati terbaik prodi.
Sejak masih menempuh S1 pada prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY tahun 2013-2017, Dita mendapatkan beasiswa Bidikmisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan pernah meraih indeks prestasi sempurna 4,00.
Menurut Dita, proses belajar jenjang magister ternyata jauh berbeda dengan jenjang sarjana. “Saat sarjana, dosen masih memberikan ‘rel’ bagi kami untuk mengembangkan diri. Pada jenjang magister, kami benar-benar dituntut menjadi pemikir bebas yang independen, namun bertanggung jawab,” ungkap Dita, Senin (29/11/2021).
Ia meneruskan, kapabilitas meramu pengetahuan dari berbagai sumber ilmu secara mandiri mutlak diperlukan. Karenanya, sejak semester pertama, Dita mendisiplinkan diri membaca hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal nasional dan internasional setiap hari. Kemudian, artikel tersebut diringkas dengan bahasa sendiri dan dituliskan dalam buku khusus. Ternyata strategi belajar tersebut cukup membantu dalam perkuliahan, khususnya dalam meniti jalan untuk publikasi melalui jurnal dan seminar karena publikasi adalah tuntutan primer mahasiswa magister.
Dengan stategi tersebut, Dita mengikuti dan menerbitkan artikelnya pada 2 seminar nasional, 3 seminar internasional, dan 1 jurnal nasional terakreditasi Sinta 2.
Warga Gedongsari, Wijirejo, Pandak, Bantul ini mengungkapkan, untuk meraih gelar magister harus memiliki bekal yang cukup. Yaitu, kemauan terus belajar. Setiap orang dengan mudah melanjutkan studi ke jenjang magister, tetapi tidak semuanya mampu menghayati ‘semangat belajar sepanjang hayat’.
“Saya hanyalah seorang guru SD. Tidak sedikit orang-orang di sekitar saya berceloteh ‘untuk apa sekolah lagi, toh gelar SPd. sudah cukup untuk kamu berkarya,” ungkapnya.
Bagi Dita, semua itu bukan semata masalah gelar melainkan keinginan terus mengaktualisasi diri dengan menambah wawasan baru. Karena seorang guru harus jadi teladan bagi siswanya, terutama dalam hal belajar.
Guru SDIT Salsabila 4 Bantul ini mengaku kendala yang dihadapi selama menempuh kuliah juga ada.
“Musuh terbesar bagimu adalah dirimu sendiri, ternyata benar adanya. Sudah saya buktikan selama kuliah, khususnya selama penyelesaian tugas akhir. Saya adalah pribadi perfeksionis dalam hal apapun. Ternyata kepribadian tersebut membuat saya takut melangkah, takut salah, dan takut tidak sesuai ekspektasi,” katanya.
Beruntung, ia mampu mengatasinya, yakni dengan membatasi proyeksi masa depan.
“Bukan berarti saya tidak visioner, hanya saja proyeksi masa depan yang berlebihan akan mengurangi kekhidmatan kita menjalani hidup,” papar Dita.
Putri pertama pasangan Sarjiyono yang berprofesi sebagai tukang las dan Arfina ibu rumah tangga ini masih akan mengabdi di instansi, mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk memajukan SDIT Salsabila 4 Bantul.
“Mimpi saya menjadi dosen inspiratif dan saya akan berjuang merealisasikan mimpi tersebut dengan cara dan waktu terbaik,” katanya.(****)